Judul Buku : Harry Potter dan Relikui Kematian
Penulis : JK. Rowling
Halaman : 1008
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Ringkasan Cerita :
Penulis : JK. Rowling
Halaman : 1008
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Ringkasan Cerita :
Meninggalkan rumah Dursley
Harry Potter memasuki umur 17 tahun di mana ia mencapai umur
kedewasaan secara dunia sihir. Sebelum berumur 17 tahun, Harry masih
terlindung dari Voldemort selama ia tinggal di rumah keluarga Dursley
yang memiliki pertalian darah dengannya. Dengan memasuki umur
kedewasaannya, mantera itu akan terangkat dengan sendirinya dan
mengharuskan Harry untuk melindungi dirinya sendiri.
Atas informasi dari Severus Snape, Lord Voldemort dan para
pengikutnya mengetahui informasi mengenai akan terangkatnya mantera
perlindungan ini dan berencana untuk menyergap Harry ketika ia akan
meninggalkan rumah keluarga Dursley. Voldemort juga sedang mencari
tongkat sihir baru yang dapat mengatasi tongkat sihir Harry. Sesaat
sebelum mantera perlindungan Harry berakhir, keluarga Dursley diamankan
ke tempat yang dirahasiakan, dan beberapa anggota Orde Phoenix tiba
untuk mengawal Harry ke tempat yang aman. Enam orang menyamar sebagai
Harry, tapi Harry yang asli ketahuan dalam perjalanan
dan diserang oleh
Voldemort dan para Pelahap Mautnya. Harry berhasil melarikan diri ke
rumah keluarga Weasley, the Burrow, tapi Hedwig dan Mad-Eye Moody
terbunuh dalam pertempuran.
Beberapa hari kemudian, Menteri Sihir Rufus Scrimgeour tiba di
kediaman Weasley lalu dan memberikan warisan Dumbledore untuk mereka:
Deluminator untuk Ron (alat seperti korek api yang dapat
memadamkan/menyalakan cahaya); buku cerita anak-anak penyihir untuk
Hermione; dan untuk Harry, pedang Godric Gryffindor dan Snitch
pertama yang ditangkap Harry dalam pertandingan Quidditch pertamanya.
Namun demikian, pedang Gryffindor ditahan oleh Menteri Sihir, karena
kementerian berpendapat bahwa pedang tersebut bukanlah milik Dumbledore.
Belakangan, dari Snitch itu muncul sebuah petunjuk yang ditulis oleh
Dumbledore: "Aku membuka pada penutup" ("I open at the close"). Walaupun
ketiganya belum dapat mengetahui mengapa Dumbledore meninggalkan
masing-masing mereka benda-benda tersebut, mereka mempercayai bahwa
benda-benda itu dimaksudkan entah bagaimana untuk membantu mereka
menemukan semua Horcrux Lord Voldemort.
Pencarian Horcrux
Dalam resepsi pernikahan Bill Weasley dan Fleur Delacour, Patronus
dari Kingsley Shacklebolt muncul dengan peringatan bahwa Kementerian
Sihir telah jatuh dan para Pelahap Maut sedang mendatangi mereka. Harry,
Ron, dan Hermione melarikan diri dengan berdisapparate, dan akhirnya
berlindung di markas besar Orde Phoenix yang telah ditinggalkan di
Grimmauld Place nomor dua belas, rumah yang diwarisi Harry dari Sirius
Black. Di rumah ini, Harry mendapati bahwa ternyata adik Sirius, Regulus
yang tewas oleh Voldemort, memiliki nama Regulus Arcturus Black yang
berinisial sama dengan "R.A.B." yakni orang yang mengambil Horcrux
liontin Salazar Slytherin dari gua pinggir laut yang tersembunyi.
Hermione teringat pernah melihat sebuah liontin di antara barang-barang
milik Kreacher, peri rumah di tempat itu. Kreacher merujuk Mundungus
Fletcheryang mengakui telah mencuri liontin itu dari si peri rumah dan
menggunakannya untuk menyogok Dolores Umbridge. Yakin bahwa liontin itu
salah satu Horcrux yang sedang mereka cari, ketiganya memasuki
Kementerian Sihir menggunakan samaran Ramuan Polijus. Mereka berhasil
mengambil liontin itu dari leher Umbridge tanpa disadarinya, tapi tempat
persembunyian mereka di Grimmauld Place berhasil diketahui musuh.
Ketiga sahabat itu melarikan diri. Mereka tidak berhasil membuka
apalagi menghancurkan liontin itu, dan bergantian memakai liontin itu
untuk menjaganya. Mereka juga berhasil mengetahui bahwa pedang "warisan
Dumbledore" yang ditahan oleh kementerian sebenarnya adalah pedang
tiruan; dan bahwa pedang Gryffindor yang aslilah yang dapat
menghancurkan Horcrux-Horcrux itu. Harry hendak mencari pedang itu, tapi
Ron, yang khawatir akan keamanan keluarga dan kecewa karena ternyata
Harry tidak memiliki rencana apa pun dari Dumbledore, meninggalkan Harry
dan Hermione. Keduanya kemudian pergi ke Godric's Hollow untuk mencari
pedang itu. Di sana, mereka disergap oleh Nagini. Ketika mereka berhasil
melarikan diri, Hermione tanpa sengaja mematahkan tongkat sihir Harry.
Di Hutan Dean, Harry melihat sebuah Patronus berbentuk Rusa betina di
dekat tempat mereka berkemah. Patronus itu membawanya ke sebuah kolam
es berisikan pedang Gryffindor. Ketika Harry berusaha untuk menyelam ke
dalam kolam es untuk mengambil pedang tersebut, Horcrux liontin yang
dikenakannya tiba-tiba mengetat dan berusaha mencekik lehernya. Ron,
yang menggunakan Deluminator untuk mencari Harry dan Hermione, tiba dan
berhasil menyelamatkan Harry dari tenggelam di kolam itu, mengambil
pedang, dan kemudian berhasil menghancurkan liontin itu. Ron
memperingatkan Harry dan Hermione bahwa nama Voldemort sekarang telah
menjadi dimanterai Tabu - sehingga orang yang berani menyebut nama itu
akan menyebabkan tempatnya bersembunyi akan tersingkap..
Relikui Kematian
Ketiga sahabat pergi mengunjungi Xenophilius Lovegood, ayah Luna,
untuk menanyakan mengenai simbol yang pernah mereka lihat dari tato
Xenophilius dan simbol yang sama dengan simbol yang ada di buku
anak-anak milik Hermione. Lovegood menyatakan bahwa simbol itu adalah
simbol dari Relikui Kematian (the Deathly Hallows), tiga benda
legendaris yang dapat menaklukkan kematian: Tongkat sihir Elder (Elder
Wand), Batu Kebangkitan (Sorcerer Stone), dan Jubah Gaib. Ketika ditekan
mengenai keberadaan Luna, Lovegood mengakui bahwa para Pelahap Maut
telah menculik putrinya; dan bahwa ia juga telah memberitahu Kementerian
Sihir (yang telah dikontrol oleh para Pelahap Maut) mengenai keberadaan
ketiganya; namun mereka berhasil melarikan diri.
Simbol Relikui kematian (the Deathly Halows)
Pencopet (polisi rahasia Kementerian Sihir yang pro Voldemort)
menangkap ketiganya di perkemahan mereka setelah Harry secara ceroboh
menyebut nama Voldemort. Mereka dipenjarakan di rumah keluarga Malfoy,
bersama-sama dengan Luna Lovegood, Dean Thomas, Ollivander si pembuat
tongkat sihir, dan goblin Griphook. Ketika menemukan pedang Gryffindor
di antara milik mereka, Bellatrix Lestrange mencurigai bahwa mereka
telah mencuri masuk ke tempat penyimpanan miliknya di Bank Gringott.
Bellatrix menyiksa Hermione untuk mendapatkan informasi. Dobby berapparate
ke penjara bawah tanah tempat mereka semua disekap dan menyelamatkan
mereka. Peter Pettigrew turun ke bawah tanah untuk menyelidiki kegaduhan
dan mencekik Harry, yang mengingatkan bahwa Pettigrew berhutang nyawa
kepadanya. Cengkeraman Pettigrew melemah, tangan peraknya terlepas dan
mencekik tuannya sendiri sampai mati sebagai balasan hutang nyawa itu.
Harry dan Ron berlarian menaiki tangga untuk menyelamatkan Hermione.
Ron
melucuti Bellatrix sementara Harry mengalahkan dan mengambil tongkat
sihir Draco. Dobby muncul kembali dan mereka berempat berapparate ke
rumah Bill dan Fleur Weasley, Shell Cottage. Sesaat sebelum mereka
menghilang, Bellatrix melemparkan pisau dan secara fatal menembus tubuh
Dobby.
Di kediaman Bill, Ollivander membenarkan akan keberadaan Tongkat
Elder itu. Ia juga mengungkapkan bahwa sebuah tongkat sihir dapat
memilih untuk berganti ke tuan yang baru jika pemiliknya dikalahkan atau
dilucuti. Tindakan Bellatrix meyakinkan ketiga sahabat itu bahwa ada
Horcrux lain yang disembunyikan di lemari besi Lestrange. Dengan bantuan
Griphook, mereka memasuki Gringotts dan berhasil mengambil Horcrux yang
lainnya, Piala Helga Hufflepuff. Griphook mencuri pedang Gryffindor,
karena menganggap bahwa pedang itu sesungguhnya adalah milik kaum
Goblin, dan ketiga sahabat berhasil melarikan Horcrux Piala itu. Dengan
kejadian ini, Voldemort, yang berhasil mencuri Tongkat Elder dari makam
Dumbledore, menyadari sepenuhnya bahwa Harry Potter dan
sahabat-sahabatnya sedang mencari dan menghancurkan Horcrux-Horcruxnya.
Secara tidak sengaja, pikiran Harry terhubung dengan pikiran Voldemort
yang mengungkapkan bahwa ada satu lagi Horcrux yang disembunyikan di
Hogwarts. Harry segera menyadari bahwa Horcrux di Hogwarts ini adalah
Mahkota Rowena Ravenclaw.
Di Hogsmeade, Aberforth Dumbledore membantu Harry, Ron, dan Hermione
untuk menyelinap masuk ke Hogwarts. Mereka berhasil memasuki Hogwarts
tepatnya di Kamar Kebutuhan dan disambut oleh seluruh anggota Laskar Dumbledore.
Kemudian, Harry meminta bantuan mereka untuk mencari horcrux Mahkota
Ravenclaw. Namun, ia mendapat penglihatan bahwa Voldemort akan datang ke
Hogwarts. Tak lama kemudian, Harry memperingatkan para staf pengajar
Hogwarts bahwa Voldemort akan segera datang menyerbu. Orde Phoenix,
Laskar Dombledore, para pelajar lain, dan banyak alumni Hogwarts tiba di
sana ketika para pengikut Voldemort tiba menyerang, dan salah satu
pertempuran terbesar dan yan paling menentukan di dunia sihir dimulai.
Pertempuran ini memakan banyak korban, di antaranya adalah Fred Weasley, Remus Lupin, Nymphadora Tonks, dan Colin Creevey.
Dengan perlawanan mati-matian, pasukan gabungan Hogwarts mampu menahan
serbuan pengikut Voldemort sehingga mereka tidak dapat memasuki Hogwarts
lebih jauh. Sementara Harry mencari Horcrux Mahkota itu, Ron dan
Hermione memasuki Kamar Rahasia untuk mengambil taring ular Basilisk
yang dahulu dibunuh oleh Harry. Hermione menggunakan taring itu untuk
menghancurkan Horcrux Piala Hufflepuff. Dalam pencarian itu, Harry
kemudian teringat bahwa ia pernah melihat mahkota itu di Kamar Kebutuhan[HP6].
Di kamar itu, ketiganya diserang oleh Draco Malfoy, Vincent Crabbe, dan
Gregory Goyle. Crabbe mempergunakan mantera Fiendfyre yang sangat kuat
yang malah membunuh dirinya sendiri dan juga menghancurkan mahkota itu.
Pikiran Harry terhubung dengan pikiran Voldemort kembali, dan
ketiganya segera pergi ke Shrieking Shack. Mereka mendengar Voldemort
memberitahu Severus Snape bahwa Tongkat Elder tidak dapat digunakannya
dengan baik dikarenakan Snape telah menjadi tuan atas Tongkat itu
setelah Snape membunuh pemilik Tongkat itu sebelumnya, Albus
Dumbledore.Voldemort yakin bahwa dengan membunuh Snape maka Tongkat itu
akan menjadi miliknya seutuhnya. Ia menyuruh Nagini untuk membunuh
Snape, kemudian pergi ke Hogwarts. Ketika Snape sedang jatuh sekarat, ia
memberikan Harry memorinya. Memori ini kemudian mengungkapkan bahwa
Snape, sekalipun tidak sepenuhnya baik, adalah orang yang setia kepada
Dumbledore, didorong oleh cinta seumur hidupnya kepada ibu Harry, Lily
Potter. Dumbledore, yang hidupnya sudah tidak lama lagi akibat kutukan
yang mengenainya dari Horcrux Cincin Gaunt, telah menyuruh Snape untuk
membunuh Dumbledore bila perlu, untuk melindungi peranan Snape dalam
Orde Phoenix dan juga untuk menggantikan Draco Malfoy yang ditugasi
Voldemort untuk membunuh kepala sekolahnya. Adalah Snape juga yang
mengirimkan Patronus Rusa betina yang mengantar Harry ke pedang
Gryffindor. Memori itu juga mengungkapkan bahwa Harry sendiri adalah
Horcrux — Voldemort tidak akan dapat dibunuh selama Harry masih hidup.
Pasrah akan nasibnya, Harry pergi seorang diri ke Hutan Terlarang di
mana Voldemort telah menunggu. Dalam perjalan itu, Harry menemukan
petunjuk dari Snitch, yang membuka dan di dalamnya terdapat Relikui
Kematian Batu Kebangkitan. Harry memanggil arwah dari James dan Lily
Potter (orang tuanya), Sirius Black dan Remus Lupin, yang menenangkan
dan menemaninya ke tempat Voldemort. Ia kemudian membiarkan kutukan
Voldemort, Avada Kedavra, mengenai dirinya. Harry terbangun di suatu
tempat seperti di dunia lain dan tidak yakin apakah ia masih hidup atau
sudah mati. Albus Dumbledore muncul dan menjelaskan bahwa bagian jiwa
Voldemort yang berada di dalam diri Harry telah dihancurkan oleh kutukan
pembunuh itu. Ia menjelaskan juga bahwa seperti Voldemort tidak dapat
dibunuh sementara bagian jiwanya masih tersisa, maka Harry juga tidak
dapat dibunuh sementara darahnya masih mengalir di tubuh Voldemort.
Harry, yang berhasil "mengalahkan maut" dengan menyatukan ketiga Relikui
Kematian, mendapat pilihan untuk "meninggalkan dunia" atau kembali
hidup di dunia.
Harry memilih hidup kembali, tapi ia berpura-pura telah tewas.
Voldemort menyuruh Hagrid untuk membawa Harry ke Hogwarts sebagai tanda
kemenangan. Ketika pertempuran memanas kembali, Harry memakai Jubah
Gaib. Neville menarik pedang Gryffindor dari Topi Seleksi dan berhasil
memenggal kepala Nagini, menghancurkan Horcrux Nagini. Penduduk desa
Hogsmeade, para Centaurus dan Thestral dari hutan, keluarga-keluarga
siswa-siswi Hogwarts, beberapa pejabat Kementerian, beberapa alumni dan
murid Hogwarts (terutama dari asrama Slytherin), Buckbeak si Hippogriff,
dan para peri rumah Hogwarts bergabung dalam pertempuran dan dengan
cepat menggulung pasukan Pelahap Maut yang sudah mulai kelelahan dan
kalah jumlah.
Di dalam kastil, McGonagall, Kingsley, dan Slughorn
berduel melawan Voldemort; sementara Ginny, Hermione, dan Luna melawan
Bellatrix Lestrange. Ketika sebuah kutukan pembunuh hampir mengenai
Ginny, Molly Weasley terjun ke pertempuran, mendorong para gadis
menjauh, dan dengan sengit bertempur dengan Bellatrix. Ia berhasil
membunuh Bellatrix dengan manteranya. Harry menampakkan dirinya kembali
dan menantang Voldemort. Harry berhasil menyimpulkan bahwa Voldemort
bukanlah pemilik sejati dari Tongkat Elder. Ketika Draco Malfoy melucuti
Dumbledore di Menara Astronomi, Draco tanpa sadar telah menjadi pemilik
Tongkat Elder; dan ketika Harry belakangan merebut tongkat Draco
setelah mengalahkannya, ia sendiri menjadi pemilik baru yang sejati dari
Tongkat Elder. Voldemort melemparkan Kutukan Pembunuh kepada Harry yang
dilawan Harry dengan Mantera Pelucutan Senjata; namun Tongkat Elder
melindungi tuannya sehingga kutukan Voldemort memantul dan berbalik
membunuh Voldemort sendiri.
Setelah pertempuran berakhir, Harry mendatangi lukisan Dumbledore. Ia
memberitahu bahwa ia akan menyimpan Jubah Gaib itu, tapi untuk mencegah
ketiga Relikui Kematian itu bersatu kembali, Batu Kebangkitan akan
dibiarkan di tempat ia terjatuh di Hutan Terlarang, dan Tongkat Elder
akan dikembalikan ke makam Dumbledore. Jika Harry kelak meninggal tanpa
terkalahkan, maka kekuatan Tongkat Elder akan padam seiring dengan
kematiannya. Lukisan Dumbledore menganggukkan persetujuannya. Sebelum
menempatkan Tongkat Elder kembali ke makam itu, Harry mempergunakannya
untuk memperbaiki tongkat sihirnya sendiri yang patah, karena Harry
merasa lebih nyaman menggunakan tongkat miliknya sendiri.
Secara keseluruhan, sekitar 54 orang gugur dalam mempertahankan Hogwarts.
Epilog
Sembilan belas tahun kemudian, Harry telah menikah dengan Ginny Weasley, dan mereka memiliki tiga anak bernama James Sirius, Albus Severus, dan Lily Luna. Ron dan Hermione juga menikah dan memiliki dua anak, Rose dan Hugo. Keluarga-keluarga itu bertemu di Stasiun King's Cross,
di mana Albus akan memasuki tahun pertamanya bersekolah di Hogwarts.
James, anak pertama mereka, sudah bersekolah di Hogwarts, sementara Lily
baru akan masuk ke Hogwarts dua tahun kemudian.
Anak baptis Harry yang berumur sembilan belas tahun, Teddy Lupin,
ditemukan berpapasan dengan Victoire Weasley (putri Bill dan Fleur) di
salah satu kompartemen kereta. Teddy tampaknya sangat dekat dengan
keluarga Potter, dengan perkataan Harry, "Ia sudah datang untuk makan
malam bersama empat kali seminggu."
Harry juga melihat Draco Malfoy dan istrinya bersama putra mereka,
Scorpius. Malfoy menganggukkan kepala singkat ke Harry, kemudian pergi.
Harry menenangkan Albus, yang khawatir akan masuk ke Slytherin.
memberitahu bahwa Severus Snape, dari mana nama Severus diambil, adalah
seorang Slytherin dan ia adalah orang yang paling berani yang pernah
ditemuinya. Harry juga membocorkan bahwa Topi Seleksi akan mengikuti pilihan seseorang.
Neville Longbottom telah menjadi guru Herbologi dan berteman baik dengan Harry.
Buku ini diakhiri dengan pengungkapan bahwa bekas luka Harry tidak
pernah sakit lagi selama sembilan belas tahun sejak Pangeran Kegelapan
dikalahkan, dan semuanya berjalan dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar